Home > Cerita Hot > Cerita Dewasa Tukar Pasangan | Cerita Sex
Cerita Dewasa Tukar Pasangan | Cerita Sex
Posted on Minggu, 24 Februari 2013 by Unknown
Cerita sex semakin asyik dan sangat menggairahkan untuk dinikmati. seperti cerita dewasa sebelumnya cerita sex kali ini masih menceritakn tentang hubungan terlarang yang sangat menantang. sebelumya sudah saya kisahkan cerita dewasa tante girang dan sekarang ini topik cerinya adalah cerita sex tukar pasangan. kita mulai saja sekarang. Setelah peristiwa bersama Rico, hubunganku dengan Risa makin membaik
secara kualitas, namun secara kuantitas aku agak jarang bertemu dengan
Risa karena aku harus bekerja dan melanjutkan studi di luar kota.
Sehingga paling dua minggu atau tiga minggu sekali aku bertemu
dengannya.
Perihal dengan Rico aku tak cemburu lagi dengannya, apalagi aku sudah dikenalkan juga dengan pacarnya
Rico. Findi namanya. Anaknya lumayan cantik, badannya juga seksi meski
teteknya tak sebesar Risa, pacarku. Kutaksir ukuran BHnya sekitar 34B.
Kisahku
ini terjadi ketika aku pulang ke kota K, untuk menengok Risa. Kangenku
padanya sudah nggak ketulungan, harusnya aku pulang 2 minggu lagi, tapi
aku pulang seminggu lebih awal, karena udah tak tahan kangen. Sengaja
Risa tak kuberi kabar untuk memberikan kejutan kepadanya, karena saat
kutelepon katanya ia kangen sekali denganku.
Pagi-pagi benar aku
sudah sampai di kota K, setelah melepas lelah aku meluncur naik taksi ke
dekat rumah Risa. Dari wartel yang berjarak 500 m, kutelepon ke
rumahnya.
“Pagi, Risanya ada?”
“O.. Risanya pergi baru dua menit yang lalu” Ibunya Risa yang mengangkat telephone.
“Kemana ya Bu?”
“Aduh kurang tahu ya.. Katanya mau bimbingan skripsi atau apa gitu?”
“Ya udah Bu, makasih”
Begitu
kuletakkan telepon, kulihat mobil Risa melintas di depanku, entah
kenapa aku tak terlintas dalam benakku untuk mengikutnya. Kulihat Risa
berdandan sangat cantik dan sexy, mungkin itu juga yang membuatku curiga
karena selama ini setiap ia bimbingan, dandanannya biasa-biasa saja.
Akhirnya kuminta sopir taksi untuk mengikuti mobil Risa.
Setelah
berjalan 3 km, tiba-tiba mobil berhenti, kemudian pintu dibuka, kulihat
cowok yang sangat kukenali wajahnya, Rico teman sekampus Risa, sesaat
mereka ngobrol kemudian Rico masuk ke mobil melalui sebelah kanan.
Ternyata mereka ganti stir, Rico yang memegang stir kemudian Risa duduk
si sebelahnya.
Beberapa saat mobil berjalan Risa menoleh ke
belakang, aku terkejut langsung kutundukkan badanku agar ia tak
mengenaliku. Saat ku munculkan lagi wajahku betapa terkejutnya aku
ketika Risa ternyata mencium pipi Rico, kemudian ia menggelayut mesra di
bahu Rico sambil Rico terus menyetir. Hampir saja kuminta sopir taksi
untuk menghentikan mobil mereka, namun naluriku berkata lain aku harus
ikuti kemana mereka pergi.
Mobil Risa terus meluncur melewati
batas kota K melewati kota U arah menuju areal wisata di kota B.
Tiba-tiba badanku merinding, keringat dingin membasahi tubuhku,
jangan-jangan mereka benar ke kota B, tempat aku dan Risa biasa memadu
asmara. Sejenak aku diam menenangkan diri, tiba-tiba kulihat Hpku, aku
ada ide coba telp HP Risa, toh ia tidak tahu kalo aku lagi pulang ke
kota K.
“Hallo Sayang, lagi ngapain?”
“Eh Ryan, kupikir siapa kok nggak ada nomornya?” jawab Risa santai
“Oh iya aku pakai private number, sori belum kuganti. Lagi dimana nih?”
“Ini Ryan mau ke tempatnya Bu Ani, konsultasi skripsi”
“Emang rumahnya di mana?”
“E.. Di jl. KS..” Kudengar Risa agak gugup, ia menjawab sekenanya. Padahal setahuku Bu Ani itu rumahnya di Jl. RHT.
“Ya udah, ati-ati ya..”
“Ok Ryan Bye, cup ah..” Gila kupikir Si Risa, dia bohongi aku tapi masih juga sempat bersikap mesra.
Dengan
jawaban tadi aku yakin betul kalo Risa dan Rico sedang menuju ke tempat
wisata di kota B. Terbayang di wajahku pergumulan yang pernah aku
lakukan bersama Rico dan Risa, ada gairah, ada cemburu yang membara.
Tapi kenapa mereka lakukan ini? Kenapa Risa menghianatiku? Kenapa Rico
menyalahgunakan kepercayaanku? Bukankah kuajak dia ikut bergabung pada
permainan dulu itu agar tak ada cemburu diantara kita? Kenapa mereka
melakukan ini tanpa seijinku bahkan berbohong kepadaku? Sejuta
pertanyaan terus melintas di kepalaku.
Aku menyalahkan diriku
sendiri kenapa kuajak Rico waktu itu? Ah semuanya sudah telanjur, aku
nggak bisa membayangkan lagi apa yang mereka perbuat selama ini ketika
aku di luar kota. Dengan dalih skripsi mereka bebas melakukan apa saja.
Di
sela-sela kegundahanku tiba-tiba kuingat Findi, pacar Rico. Sedang apa
kira-kira dia? Tahukah ia kalo Rico selingkuh dengan Risa. Tiba-tiba ada
gairah dalam diriku untuk menikmati tubuh Findi, kubayangkan bodynya,
putihnya dan pantatnya yang aduhai. Kulihat Hpku kucoba cari nomornya,
ah bersyukur aku ternyata aku masih menyimpan nomornya.
“Hallo Findi?”
“Iya.. Siapa nih?”Suaranya merdu dan manja sekali.
“Ini Ryan..”
“Oh Bang Ryan. Gimana kabarnya Bang?” sapanya sangat lembut dan ramah.
“Baik.. Findi sendiri gimana? Baik juga kan?”
“Iya Bang”
“Lagi dimana nih Fin”
“Di tempat temen Bang, di U”
“Lho nggak pacaran, kan hari sabtu?”
“Aduh
Bang, Rico lagi sibuk sekali akhir-akhir ini ngerjain skripsi,
jangankan pacaran telp aja aku takut ganggu.. Lho bukannya Rico lagi ke
dosen ama Mbak Risa? Abang di K kan? Belum ketemu Mbak Risa?” tanyanya
seperti memberondong.
“Oh ya tho.. Belum tuh Riss.. Eh kamu di kota U
ya? Aku juga di U nih.. Gimana kalo kita ketemu, itung-itung ngilangin
kangen sebagai sesama ditinggal pacar sibuk skripsi.. He.. He..” kucoba
sambil bercanda sekaligus menghilangkan rasa cemburuku pada Risa dan
Rico.
“Ah Abang bisa aja.. Tapi boleh juga Bang, soalnya temenku juga mau pergi bentar lagi”
“Ya udah kujemput kamu ya..” Setelah Findi memberikan alamat temennya lalu kusuruh sopir taksi meluncur ke alamat tersebut.
“Pagi Fin”
Gila
kulihat cantik sekali Findi pagi ini badannya yang dibalut kain ketat
serta celana ketat tiga perempat seolah memamerkan semua tonjolan yang
ia punya.
“Eh Abang.. Udah dateng kok cepat sekali?”
“Iya
nih.. Ternyata posisiku tadi udah dekat.. Yuk” ajakku sambil
mengandengnya masuk ke taksi. Terasa harum wangi parfumnya membuat
‘adik’ku menggeliat.
Setelah memasuki taksi, kemudian kami meluncur dengan cepatnya, seakan tahu betul sopir taksi itu mengarahkan ke obyek wisata B.
“Kemana kita Bang?” Tanya Findi melihat taksi ke arah B
“Gimana kalo kita ke B, sambil lihat pemandangan. Di jakarta lihatnya gedung terus sih..”
“Boleh Bang.. Siapa takut.. Asal nggak aneh-aneh aja Abang”
“Aneh-aneh gimana maksudnya?”
“Ya kan dah lama nggak ketemu Mbak Risa.. Aku nanti jadi pelampiasan lagi” katanya sambil mengerling penuh arti.
“Dasar kamu..” kataku sambil kucubit dia.
Di
perjalanan kami terus bercanda, cerita kesana-kemari sampe akupun agak
lupa kalo tujuanku adalah investigasi Risa dan Rico. Hingga karena taksi
dikemudikan sangat cepat maka tanpa diduga sebelumnya posisi taksiku
persis di belakang mobil Risa yang dikemudikan Rico.
“Bang itu bukannya mobil Mbak Risa? Yang nyetir Rico kan? Mau kemana mereka? Kok kemari?”
“Itulah
yang juga Abang ingin tahu, Abang sejak tadi membuntuti mereka. Trus
Abang telp Findi, eh pas di kota U juga, jadi sekalian aja pikirku.
Abang juga penasaran kok Fin”
“Pantesan sibuk terus mereka,
jangan-jangan”Findi tak meneruskan kata-katanya, matanya berkaca-kaca,
ia rebahkan tubuhnya ke dadaku.
“Bang.. Gimana nih Bang?”
“Udahlah Fin.. Gak pa-pa.. Santai aja, toh Findi kan juga sama Abang.. Jadi satu-satu nantinya hehe”
“Ih Abang genit..
“Katanya sambil terus merapatkan ke badanku seakan nggak mau ia lepaskan. Kulihat Findi mulai agak tenang.
Taksi
kami terus mengikuti arah mobil Risa, dari belakang kulihat sesekali
Risa mencium Rico, kadang sebaliknya Rico yang mencium Risa.
“Ih.. Mereka genit sekali” kata Findi sebel.
“Aku cium Abang juga ah..” Tanpa peduli pada sopir taksi tiba-tiba Findi menciumku.
“Ih
nakal kamu” Padahal saat itu adikku betul-betul tegang, aku bergairah
melihat apa yang akan diperbuat Risa dan Rico sekaligus bergairah karena
Findi terus merapat ke badanku.
Tiba di kota B. Kulihat mobil
Risa belok ke arah Hotel KDR, aku hafal betul karena di tempat itu aku
dan Risa sering memadu kasih, lalu kuminta sopir taksi untuk terus dulu
supaya nggak ketahuan mereka kalo aku dan Findi membuntuti.
“Bang
mereka ke Hotel. Mau ngapain mereka? Masak konsultasi di Hotel?” Findi
semakin sebel diliputi rasa cemburu, rasa yang sama yang pernah
kurasakan dulu (Cemburu Membawa Sensasi).
“Udah Fin, tenang aja nanti kita ikutin mereka”
Setelah
beberapa saat taksi kemudian kuminta berputar masuk ke hotel, aku
berbincang-bincang sesaat dengan reseptionist yang aku udah lumayan
kenal karena langganan lalu aku minta kamar di sebelah Risa dan Rico.
Sedangkan sopir taksi kuminta dia pulang setelah kubayar, karena aku
berpikir pulangnya bareng sekalian dengan Risa dan Rico.
Jalan
menuju ke kamarku melewati depan kamar Risa dan Rico, saat aku lewat
terdengar desahan-desahan yang sangat menggairahkan. Kurang ajar batinku
ternyata mereka udah nggak mampu menahan lagi, tapi di sisi lain
desahan-desahan itu justru membuatku terasa bergairah.
Begitu
masuk kedalam kamar aku dan Findi segera mencari lubang yang dapat kami
gunakan untuk mengintip aktivitas Risa dan Rico, tanpa menemui kesulitan
kami menemukan lubang yang mampu melihat aktivitas mereka secara jelas
namun tak mungkin mereka lihat karena tempatnya sangat tersembunyi.
“Oh Ris.. Aku kangen sekali ama tetekmu” ujar Rico sambil memegang dada Risa yang masih terbungkus kain lengkap.
“Ohh.. Ohh.. Aku juga Ric, aku kangen ama batangmu yang tegak itu” desah Risa sambil terus mereka berciuman bibir.
Kulihat
Findi begitu dongkol melihat kelakuan mereka, namun sisi laen aku juga
lihat kalo Findi wajahnya merah, kuduga selain menahan amarah ia juga
menahan gairah melihat aktivitas Rico dan Risa. Perlahan kuraba paha
Findi yang masih terus mengintip aktivitas Rico dan Risa.
“Ohh.. Oh..” Lenguhnya tanpa menggeser posisi mengintipnya.
Sementara
di seberang kamar kulihat Rico telah berhasil melucuti pakaian atas
Risa hingga yang tertinggal di atas hanyalah BH Risa.
“Ohh.. Ric.. Lidahmu nakal sekali”
“Tapi kamu suka kan?”
“He eh.. Ehm.. Oh.. Terusin nakalmu Ric, lepaskan BH ku” Risa semakin bernafsu.
Aku
hafal betul kalau Risa paling tidak tahan jika teteknya di pegang.
Dalam sekejap BH Risa sudah terlepas dari tempatnya, kini yang nampak
adalah dua buah gunung kembar yang menjulang dengan puting yang sudah
mengeras. Rico dengan lahap menjilati puting tersebut.
“Ohh..
Enak sekali Ric.. Kok bisa ya sekecil ini di jilat rasanya sampe ke
ubun-ubun.. Oh” lenguh Risa dengan manja menahan gairah. Sementara aku
sendiri terus bergerilya di paha Findi..
“Ough.. Ohh.. Enak Bang”
“Lepasin celanamu ya..” Pintaku dengan berbisik
“Ho.. Oh” Kulepas celananya yang tiga perempat, sengaja kusisakan CD-nya biar ada sensasi tersendiri.
“Uhh..
Bang” rintihnya ketika tanganku mengucap vegynya yang masih tertutup
CD, namun nampak jelas rambut-rambutnya yang hitam kecoklatan.
“Ohh.. Ouhh.. Ohh.. Kamu pintar sekali Bang” desahannya makin keras tatkala kuraba bibir vegynya yang sudah basah.
Di
seberang kamar kulihat Risa dan Rico sudah tak berpakaian lagi alias
telanjang bulat. Risa kulihat sedang mengoral penis Rico.
“Ohh.. Ris enak.. Sekali.. Oh” Rico meracau.
“Enak mana ama kuluman Findi Ric?” Tanya Risa sambil terus mengoral.
“Enakan oralmu Ris”.
Mendengar
ucapan Rico, Findi menjadi jengkel. Seolah ia akan membuktikan ucapan
Rico, kemudian ia segera melucuti celanaku. Terpampanglah penisku yang
sudah tegak mengacung. Tanpa banyak basa basi ia langsung kulum penisku.
“Oh..
Ohh..” Bibir tipis Findi ternyata lihai juga mengoral penisku, memang
kuakui bibir tebal Risa lebih mantap untuk mengulum penis, namun demi
menyenangkan hati Findi aku tetap memuji dia.
“Auh.. Ogh, enak..
Fin.. Bohong kalo Rico bilang enakan kuluman Risa.. Ohh..” Seakan makin
bersemangat Findi terus mengocok penisku dengan cepat.
“Oh.. Fin enak
sekali.. Aku nggak tahan Fin..” sambil terus Findi mengulum penisku,
tanganku menyelusup ke dada Findi, kutemukan dua gunung yang memang
nggak sebesar punya Risa.
“Ohh.. Bang.. Aku bergairah sekali.. Bang.. Oh..”
Kulihat
di kamar sebelah Risa dan Rico sudah tidur berpelukan, terdengar
dengkuran halus Risa yang sangat kukenal. Karena aku dan Findi terlalu
asyik bermain sehingga tidak sempat melihat sampai klimaks Rico dan Risa
dalam mendaki kenikmatan.
“Bang masukin punyamu Bang.. Ohh.. Aku nggak tahan lagi” perlahan kumasukin penisku di vagy Findi.
“Pelan-pelan Bang.. Oh.. Nikmat.. Ohh”
“Ohh.. Ough..”
“Ouhh..
Ough.. Oghh.. Ohh” Kami terus berpacu mengjar nafsu yang semakin
membara seolah lupa kalo di sebelah ada pasangan kita masing-masing.
“Ohh.. Bang aku hampir sampe”
“He eh.. Abang juga.. Dikeluarin dimana?”
“Di luar aja Bang aku lagi subur.. Oh”
“Ya udah Findi keluarin dulu..”
“Oh.. Bang.. Oh.. Ohh” Rintihan panjang Findi mengakhiri klimaksnya.
Ia
semburkan lahar basahnya ke penisku, sementara penisku segera kutarik
dan kukgoyang-goyangkan dengan keras di atas perut Findi.
“Ohh.. Ohh” cret cret spermaku keluar dengan derasnya di perut Findi.
Kami
kemudian berpelukan sangat erat. Sementara itu di kamar sebelah Rico
dan Risa masih tertidur, demikian pula dengan Findi, ia tertidur mungkin
karena kecapekan. Sedangkan aku sendiri tak bisa tidur. Sambil
menghisap rokok aku berpikir keras untuk menggali ide agar dapat
menyelesaikan konflik perselingkuhan ini dengan happy ending dengan
tanpa amarah bahkan kalo bisa dengan gairah, karena bagaimanapun awalnya
aku yang salah dan aku memang sangat mencintai Risa, tapi vegy Findi
pun juga lezat rasanya.
Category Article Cerita Hot