Home > Cerita Hot > Sex Dengan Guru Prifat
Sex Dengan Guru Prifat
Posted on Senin, 25 Februari 2013 by Unknown
Cerita Dewasa kali ini menceritakan hubungan sex antara siswa les dengan guru privatnya. seperti cerita dewasa sebelumnya cerita ini sangat asyik untuk di nikmati dan kita mulai saja cerita sex dengan guru privat ok,,,,,Fanny
Damayanti, adalah seorang gadis dengan wajah cantik, alis matanya
melengkung, dan mata indah serta jernih, dilindungi oleh bulu mata
lentik, hidung mancung serasi melengkapi kecantikannya, ditambah dengan
bibir mungil merah alami yang serasi pula dengan wajahnya. Rambutnya
yang hitam dan dipotong pendek menjadikannya lebih menarik, kulitnya
putih mulus dan terawat, badannya mulai tumbuh begitu indah dan seksi.
Dia tumbuh di kalangan keluarga yang cukup berada dan menyayanginya.
Usianya baru 15 tahun, kadang sifatnya masih kekanakan. Badannya tidak
terlalu tinggi berkisar 155 cm, badannya ideal dengan tinggi badannya,
tidak terlalu gemuk atau terlalu kurus.
Seminggu
yang lalu Fanny mulai rutin mengikuti les privat Fisika di rumahku,
Renne Lobo, aku seorang duda. Aku mempunyai sebuah rumah mungil dengan
dua buah kamar, diantaranya ada sebuah kamar mandi yang bersih dan
harum. Kamar depan diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, buku-buku
tersusun rapi di dalam rak dengan warna-warna kayu, sama seperti meja
kerja yang di atasnya terletak seperangkat komputer. Sebuah lukisan yang
indah tergantung di dinding, lukisan itu semakin tampak indah di latar
belakangi oleh warna dinding yang serasi. Ruang tidurnya dihiasi ornamen
yang serasi pula, dengan tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang
membuat suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata sangat artistik
sehingga terasa nyaman.
Rumahku
memang terkesan romantis dengan terdengar pelan alunan lagu-lagu cinta,
Fanny sedang mengerjakan tugas yang baru kuperintahkan. Dia terlalu
asyik mengerjakan tugas itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh
tersenggol. Fanny berusaha menggapai ke bawah bermaksud untuk
mengambilnya, tapi ternyata dia memegang tanganku yang telah lebih dulu
mengambilnya. Fanny kaget melihat ke arahku yang sedang tersenyum
padanya. Fanny berusaha tersenyum, saat tangan kirinya kupegang dan
telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, kemudian kutaruh penghapus
itu ke dalam telapak tangannya.
Aku
sebagai orang yang telah cukup berpengalaman dapat merasakan
getaran-getaran perasaan yang tersalur melalui jari-jari gadis itu,
sambil tersenyum aku berkata, “Fan, kamu tampak lebih cantik kalau
tersenyum seperti itu”. Kata-kataku membuat gadis itu merasa tersanjung,
dengan tidak sadar Fanny mencubit pahaku sambil tersenyum senang.
“Udah punya pacar Fan?”, godaku sambil menatap Fanny.
“Belum, Kak!”, jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu merah.
“Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar”, lanjutku.
“Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper”, komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.
“Ohh!”, aku bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil minuman kaleng dari dalam kulkas.
“Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?”, lanjutku.
“Apa ya! Coca Cola aja deh Kak”, sahutnya sambil terus bekerja.
Aku
mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan menelusuri
tubuh Fanny yang membelakangi, ternyata menarik juga gadis ini, badannya
yang semampai dan bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil
tersenyum sendiri.
“Sudah
Kak”, suara Fanny mengagetkan lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan
sekaleng Coca-Cola kesukaan gadis itu. Kemudian aku memeriksa hasil
pekerjaan itu, ternyata benar semua.
“Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan “, pujiku dan membuat Fanny tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.
Aku
yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan menerangkan
pemecahan soal-soal lain, Bau wangi parfum yang kupakai sangat lembut
dan terasa nikmat tercium hidung, mungkin itu yang membuatnya tanpa
sadar bergeser semakin dekat padaku.
Pujian
tadi membuatnya tidak dapat berkonsentrasi dan berusaha mencoba
mengerti apa yang sedang dijelaskan, tapi gagal. Aku yang melihatnya
tersenyum dalam hati dan sengaja duduk menyamping, agak menghadap pada
gadis itu sehingga instingku mengatakan hatinya agak tergetar.
“Kamu bisa ngerti yang baru kakak jelaskan Fan”, kataku sambil melihat wajah Fanny lewat sudut mata.
Fanny
tersentak dari lamunannya dan menggeleng, “Belum, ulang dong Kak!”,
sahutnya. Kemudian aku mengambil kertas baru dan diletakkan di depannya,
tangan kananku mulai menuliskan rumus-rumus sambil menerangkan, tangan
lainnya diletakkan di sandaran kursi tempatnya duduk dan sesekali aku
sengaja mengusap punggungnya dengan lembut.
Fanny
semakin tidak bisa berkonsentrasi, saat merasakan usapan lembut jari
tanganku itu, jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan itu
kuusahakan senyaman dan selembut mungkin dan membuatnya semakin terlena
oleh perasaan yang tak terlukiskan. Dia sama sekali tidak bisa
berkonsentrasi lagi. Tanpa terasa matanya terpejam menikmati belaian
tangan dan bau parfum yang lembut.
Dia
berusaha melirikku, tapi aku cuek saja, sebagai perempuan yang selalu
ingin diperhatikan, Fanny mulai mencoba menarik perhatianku. Dia
memberanikan diri meletakkan tangan di atas pahaku. Jantungnya semakin
berdegup, ada getaran yang menjalar lembut lewat tanganku.
Selesai
menerangkan aku menatapnya dengan lembut, dia tak kuasa menahan tatapan
mata yang tajam itu, perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa
menggigil saat melihat senyumku, tanpa sadar tangan kirinya meremas
lembut pahaku, akhirnya Fanny menutup mata karena tidak kuat menahan
gejolak didadanya. Aku tahu apa yang dirasakan gadis itu dengan
instingku.
“Kamu
sakit?”, tanyaku berbasa basi. Fanny menggelengkan kepala, tapi
tanganku tetap meraba dahinya dengan lembut, Fanny diam saja karena
tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku genggam lembut jari tangan
kirinya.
Udara
hangat menerpa telinganya dari hidungku, “Kamu benar-benar gadis yang
cantik, dan telah tumbuh dewasa Fan”, gumamku lirih. pujian itu membuat
dirinya makin bangga, tubuhnya bergetar, dan nafasnya sesak menahan
gejolak di dadanya. Dan Fanny ternyata tak kuasa untuk menahan
keinginannya meletakkan kepalanya di dadaku, “Ahh..”, Fanny mendesah
kecil tanpa disadari.
Aku
sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil membangkitkan perasaan
romantisnya. Tanganku bergerak mengusap lembut telinga gadis itu,
kemudian turun ke leher, dan kembali lagi naik ke telinga beberapa kali.
Fanny merasa angan-angannya melambung, entah kenapa dia pasrah saja
saat aku mengangkat dagunya, mungkin terselip hatinya perasaan ingin
terus menikmati belaian-belaian lembut itu.
“Kamu memang sangat cantik dan aku yakin jalan pikiranmu sangat dewasa, Aku kagum!”, kataku merayu.
Udara
hangat terasa menerpa wajahya yang cantik, disusul bibir hangatku
menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat dan lembut,
perasaan nikmat seperti ini pasti belum pernah dialaminya. Anehnya dia
menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk cepat-cepat mengakhiri
semua kejadian itu.
“Ja..,
jangan Kak”, pintanya untuk menolak. Tapi dia tidak berusaha untuk
mengelak saat bibir hangatku dengan lembut penuh perasaan menyusuri
pipinya yang lembut, putih dan halus, saat merasakan hangatnya bibirku
mengulum bibirnya yang mungil merah merekah itu bergeter, aku yakin baru
pertama kali ini dia merasakan nikmatnya dikulum dan dicium bibir
laki-laki.
Jantung
di dadanya berdegup makin keras, perasaan nikmat yang menyelimuti
hatinya semakin membuatnya melambung. “Uuhh..!”, hatinya tergelitik
untuk mulai membalas ciuman dan kuluman-kuluman hangatku.
“Aaahh..”,
dia mendesah merasakan remasanku lembut di payudara kiri yang menonjol
di dadanya, seakan tak kuasa melarang. Dia diam saja, remasan lembut
menambah kenikmatan tersendiri baginya.
“Dadamu
sangat indah Fan”, sebuah pujian yang membuatnya semakin mabuk, bahkan
tangannya kini memegang tanganku, tidak untuk melarangnya, tapi ikut
menekan dan mengikuti irama remasan di tanganku. Dia benar-benar semakin
menikmatinya. Serdadukupun mulai menegang.
“Aaahh”,
Fanny mendesah kembali dan pahanya bergerak-gerak dan tubuhnya bergetar
menandakan vaginanya mulai basah oleh lendir yang keluar akibat
rangsangan yang dialaminya, hal itu membuat vaginanya terasa geli,
merupakan kenikmatan tersendiri. Dia semakin terlena diantara
degup-degup jantung dan keinginannya untuk mencapai puncak kenikmatan.
Diimbanginya kuluman bibir dan remasan lembut di atas buah dadanya.
Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya, tangannya mencoba menahannya.
“Jangan
nanti dilihat orang”, pintanya, tapi tidak kupedulikan. Kulanjutkan
membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus mulai terlihat, buah
dadanya tertutup bra warna coklat.
Seakan
dia sudah tidak peduli lagi dengan keadaannya, hanya kenikmatan yang
ingin dicapainya, dia pasrah saat kugendong dan merebahkannya di atas
tempat tidur yang bersprei putih. Di tempat tidur ini aku merasa lebih
nyaman, semakin bisa menikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih
mulus itu makin terbuka.
“Auuuhh”,
bibirku mulai bergeser pelan mengusap dan mencium hangat di lehernya
yang putih mulus. “Aaaahh”, dia makin mendesah dan merasakan kegelian
lain yang lebih nikmat.
Aku
semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya. “Tubuhmu wangi sekali”,
kembali rayuan itu membuatnya makin besar kepala. Tanganku itu dibiarkan
menelusuri dadanya yang terbuka. Fanny sendiri tidak kuasa menolak,
seakan ada perasaan bangga tubuhnya dilihat dan kunikmati. Tanganku kini
menelusuri perutnya dengan lembut, membuatnya menggelinjang kegelian.
Bibir hangatku beralih menelusuri dadanya.
“Uhh.!”,
tanganku menarik bajunya ke atas hingga keluar dari rok abu-abunya,
kemudian jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan menari lembut di
atas perutnya. “Auuuhh” membuatnya menggelinjang nikmat, perasaannya
melambung mengikuti irama jari-jariku, sementara serdaduku terasa makin
tegang.
Dia
mulai menarik kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi ciuman dan kuluman,
seperti caraku mengulum dan mencium bibirnya. “Ooohh”, terdengar desah
Fanny yang semakin terlena dengan ciuman hangat dan tarian jari-jariku
diatas perutnya, kini dada dan perutnya terlihat putih, mulus dan halus
hanya tertutup bra coklat muda yang lembut.
Aku
semakin tegang hingga harus mengatur gejolak birahi dengan mengatur
pernafasanku, aku terus mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu,
kuperlakukan Fanny dengan halus, lembut, dan tidak terburu-buru, hal ini
membuat Fanny makin penasaran dan makin bernafsu, mungkin itu yang
membuat gadis itu pasrah saat tanganku menyusup ke belakang, dan membuka
kancing branya.
Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di bawah bra gadis itu, terasa kenyal dan padat di tanganku.
“Aaahh..
Uuuhh. ooohh”, Fanny menggelinjang gelinjang geli dan nikmat, jemari
itu menari dan mengusap lembut di atas buah dadanya yang mulai
berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. Dia merasa semakin
nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.
Ujung
jariku mulai mempermainkan puting susunya yang masih kecil dan
kemerahan itu dengan sangat hati-hati. “Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh”. Fanny
mulai menunjukkan tanda-tanda terangsang hingga berusaha ikut membuka
kancing bajuku, agak susah, tapi dia berhasil. Tangannya menyusup
kebalik baju dan mengelus dadaku, sementara birahinya makin memuncak.
“Ngghh.. “, vaginanya yang basah semakin membuatnya nikmat, pikirku.
Fanny menurut ketika badannya diangkat sedikit, dibiarkannya baju dan
branya kutanggalkan, lalu dilempar ke samping tempat tidur.
Sekarang
tubuh bagian atasnya tidak tertutup apapun, dia tampak tertegun dan
risih sejenak, saat mataku menelusuri lekuk tubuhnya. Di sisi lain dia
merasa kagum dengan dua gunung indah yang masih perawan yang menyembul
di atas dadanya, belum pernah terjamah oleh siapapun selain dirinya
sendiri. Sedangkan aku tertegun sejenak melihat pemandangan di depan
mataku, birahiku bergejolak kembali, aku berusaha mengatur pernafasan,
karena tidak ingin melepaskan nafsu binatangku hingga menyakiti perasaan
gadis cantik yang tergolek pasrah di depanku ini.
Aku
mulai mengulum buah dada gadis itu perlahan, terasa membusung lembut,
putih dan kenyal. Diperlakukan seperti itu Fanny menggelinjang, “Ahh..
uuuhh.. aaahh”. Pengalaman pertamanya ini membuat angan-angannya terbang
tinggi. Buah dadanya yang putih, lembut, dan kenyal itu terasa nikmat
kuhisap lembut, tarian lidah diputing susunya yang kecil kemerahan itu
mulai berdiri dan mengeras.
“Aaahh..!”,
dia merintih geli dan makin mendekap kepalaku, vaginanya mungkin kini
terasa membanjir. Birahinya semakin memuncak. “Kak.. ahh, terus Kak..
ahh.. Uhh”, rintihnya makin panjang. Aku terus mempermainkan buah dada
gadis lugu itu dengan bibir dan lidahku, sambil membuka kancing bajuku
sendiri satu persatu, kemudian baju itu kutanggalkan, terlihat dadaku
yang bidang dan atletis.
Kembali
ujung bibirnya kukulum, terasa geli dan nikmat. Saat Fanny akan
membalas memagutnya, telapak tangannya kupegang dan kubimbing naik ke
atas kepalanya. Aku mulai mencium dan menghisap lembut, dan menggigit
kecil tangan kanannya, mulai dari pangkal lengan, siku sampai ujung
jarinya diisap-isap. Membuatnya bertambah geli dan nikmat. “Geli.. ahh..
ohh!”
Perasaannya
melambung kembali, ketika buah dadanya dikulum, dijilati dan dihisap
lembut. “Uuuhh.!”, dia makin mendekapkan kepalaku, itu akan membuat
vaginanya geli, membuat birahinya semakin memuncak.
“Kak..
ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh”, dia merintih rintih dan
menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, hingga roknya
tersingkap.
Sambil
terus mempermainkan buah dada gadis itu. aku melirik ke paha mulus,
indah terlihat di antara rok yang tersingkap. Darahku berdesir,
kupindahkan tanganku dan terus menari naik turun antara lutut dan
pangkal paha putih mulus, masih tertutup celana yang membasah, Aku
merasakan birahi Fanny semakin memuncak. Aku terus mempermainkan buah
dada gadis itu.
“Kak..
ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”, terdengar gadis itu merintih panjang. Aku
dengan pelan dan pasti mulai membuka kancing, lalu menurunkan retsleting
rok abu-abu itu, seakan Fanny tidak peduli dengan tindakanku itu.
Rangsangan yang membuat birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut,
menyerah.
“Jangan
Kak.. aahh”, tapi aku tidak peduli, bahkan kemudian Fanny malah
membantu menurunkan roknya sendiri dengan mengangkat pantatnya. Aku
tertegun sejenak melihat tubuh putih mulus dan indah itu. Kemudian badan
gadis itu kubalikkan sehingga posisinya tengkurap, bibirku merayap ke
leher belakang dan punggung.
“Uuuhh”,
ketika membalikkan badan, Fanny melihat sesuatu yang menonjol di balik
celana dalamku. Dia kaget, malu, tapi ingin tahu. “Aaahh”. Fanny mulai
merapatkan kakinya, ada perasaan risih sesaat, kemudian hilang kalah
oleh nafsu birahi yang telah menyelimuti perasaannya. “Ahh..”, dia diam
saja saat aku kembali mencium bibirnya, membimbing tangannya ke bawah di
antara pangkal paha, dia kini memegang dan merasakan serdadu yang keras
bulat dan panjang di balik celanaku, sejenak Fanny sejenak
mengelus-elus benda yang membuat hatinya penasaran, tapi kemudian dia
kaget dan menarik tangannya.
“Aaahh”,
Fanny tak kuberikan kesempatan untuk berfikir lain, ketika mulutku
kembali memainkan puting susu mungil yang berdiri tegak dengan indahnya
di atas tonjolan dada. Vaginanya terasa makin membanjir, hal ini membuat
birahinya makin memuncak. “Ahh.. ahh.. teruuus.. ahh.. uhh”, sambil
terus memainkan buah dadanya, tanganku menari naik turun antara lutut
dan pangkal pahanya yang putih mulus yang masih tertutup celana. Tanpa
disadarinya, karena nikmat, tanganku mulai menyusup di bawah celana
dalamnya dan mengusap-usap lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi
rambut, pangkal paha, dan pantatnya yang kenyal terbentuk dengan
indahnya bergantian.
“Teruuuss..
aaahh.. uuuhh”, karena geli dan nikmat Fanny mulai membuka kakinya,
jari-jari Rene yang nakal mulai menyusup dan mengelus vaginanya dari
bagian luar celana, birahinya memuncak sampai kepala.
“Ahh..
terus.. ahh.. ohh”, gadis itu kaget sejenak, kemudian kembali merintih
rintih. Melihat Fanny menggelinjang kenikmatan, tanganku mencoba mulai
menyusup di balik celana melalui pangkal paha dan mengelus-elus dengan
lembut vaginanya yang basah lembut dan hangat. Fanny makin menggelinjang
dan birahinya makin membara. “Ahh.. teruusss ooh”, Fanny merintih
rintih kenikmatan.
Aku
tahu gadis itu hampir mencapai puncak birahi, dengan mudah tanganku
mulai beraksi menurunkan celana dalam gadis itu perlahan. Benar saja,
Fanny membiarkannya, sudah tidak peduli lagi bahkan mengangkat pantat
dan kakinya, sehingga celana itu terlepas tanpa halangan.
Tubuh
gadis itu kini tergolek bugil di depan mataku, tampak semakin indah dan
merangsang. Pangkal pahanya yang sangat bagus itu dihiasi bulu-bulu
lembut yang mulai tumbuh halus. Vaginanya tampak kemerahan dan basah
dengan puting vagina mungil di tengahnya. Aku terus memainkan puting
susu yang sekarang berdiri tegak sambil terus mengelus bibir vagina
makin membanjir. “Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh”.
Vagina
yang basah terasa geli dan gatal, nikmat sampai ujung kepala. “Kak..
aahh”, Fanny tak tahan lagi dan tangannya menyusup di bawah celana
dalamku dan memegang serdadu yang keras bulat dan panjang itu. Fanny
tidak merasa malu lagi, bahkan mulai mengimbangi gerakanku.
Aku
tersenyum penuh kemenangan melihat tindakan gadis itu, secara tidak
langsung gadis itu meminta untuk bertindak lebih jauh lagi. Aku melepas
celana dalamku, melihat serdaduku yang besar dan keras berdiri tegak
dengan gagahnya, mata gadis itu terbelalak kagum.
Sekarang
kami tidak memakai penutup sama sekali. Fanny kagum sampai mulutnya
menganga melihat serdadu yang besar dan keras berdiri tegak dengan
gagahnya, baru pertama kali dia melihat benda itu. Vaginanya pasti sudah
sangat geli dan gatal, dia tidak peduli lagi kalau masih perawan,
kemudian telentang dan pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.
Sejenak
aku tertegun melihat vagina yang bersih kemerahan dan dihisi bulu-bulu
yang baru tumbuh, lubang vaginanya tampak masih tertutup selaput perawan
dengan lubang kecil di tengahnya.
Fanny
hanya tertegun saat aku berada di atasnya dengan serdadu yang tegak
berdiri. Sambil bertumpu pada lutut dan siku, bibirku melumat, mencium,
dan kadang menggigit kecil menjelajahi seluruh tubuhnya. Kuluman di
puting susu yang disertai dengan gesekan-gesekan ujung burung ke bibir
vaginanya kulakukan dengan hati-hati, makin membasah dan nikmat
tersendiri. “Kak.. ahh, terus ssts.. ahh.. uhh”, birahinya memuncak
bisa-bisa sampai kepalanya terasa kesemutan, dipegangnya serdaduku.
“Ahh” terasa hangat dan kencang.
“Kak..
ahh!”, dia tak dapat lagi menahan gejolak biraninya, membimbing
serdaduku ke lubang vaginanya, dia mulai menginginkan serdaduku
menyerang ke lubang dan merojok vaginanya yang terasa sangat geli dan
gatal. “Uuuhh.. aaahh”, tapi aku malah memainkan topi baja serdaduku
sampai menyenggol-nyenggol selaput daranya. “Ooohh Kak masukkan ahh”,
gadis itu sampai merintih rintih dan meminta-minta dengan penuh
kenikmatan.
Dengan
hati-hati dan pelan-pelan aku terus mempermainkan gadis itu dengan
serdaduku yang keras, hangat tapi lembut itu menyusuri bibir vagina.
“Ooohh
Kak masukkan aaahh”, di sela rintihan nikmat gadis itu, setelah kulihat
puting susunya mengeras dan gerakannya mulai agak lemas, serdadu mulai
menyerang masuk dan menembus selaput daranya, Sreetts “Aduuhh.. aahh”,
tangannya mencengkeram bahuku. Dengan begitu, Fanny hanya merasa lubang
vaginanya seperti digigit nyamuk, tidak begitu sakit, saat selaput dara
itu robek, ditembus serdaduku yang besar dan keras. Burungku yang
terpercik darah perawan bercampur lendir vaginanya terus masuk perlahan
sampai setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. “Ahh”, dia
merintih kenikmatan.
Aku
tidak mau terburu-buru, aku tidak ingin lubang vagina yang masih agak
seret itu menjadi sakit karena belum terbiasa dan belum elastis. Burung
itu masuk lagi setengahnya dan.. Sreeets “Ohh..”, kali ini tidak ada
rasa sakit, Fanny hanya merasakan geli saat dirasakan burung itu keluar
masuk merojok vaginanya. Fanny menggelinjang dan mengimbangi gerakan dan
mendekap pinggangnya.
“Kak..
ahh, terus Kak.. ohh.. uhh”, serdaduku terus menghunjam semakin dalam.
Ditarik lagi, “Aaahh”, masuk lagi. “Ahh, terus… ahh.. uhh”, lubang
vagina itu makin lama makin mengembang, hingga burung itu bisa masuk
sampai mencapai pangkalnya beberapa kali. Fanny merasakan nikmat
birahinya memuncak di kepala, perasaannya melayang di awan-awan,
badannya mulai bergeter getar dan mengejang, dan tak tertahankan lagi.
“Aaahh, ooohh, aaahh” vaginanya berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia
telah mencapai puncak orgasme, kemudian terlihat lega yang menyelimuti
dirinya.
Melihat
Fanny sudah mencapai orgasme, aku kini melepas seluruh rasa birahi yang
tertahan sejak tadi dan makin cepat merojok keluar masuk lubang vagina
Fanny, “Kak.. ahh.. ssst.. ahh.. uhh”, Fanny merintih dan merasakan
nikmat birahinya memuncak kembali. Badannya kembali bergetar dan
mengejang, begitu juga denganku.
“Ahh..
oohh.. ohh.. aaaahh!”, kami merintih rintih panjang menuju puncak
kenikmatan. Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan, terasa serdadu
menyemburkan air mani hangat ke dalam vagina gadis itu yang masih
berdenyut nikmat.
Aku
mengeluarkan serdadu yang terpercik darah perawan itu pelan-pelan,
berbaring di sebelah Fanny dan memeluknya supaya Fanny merasa aman, dia
tampak merasa sangat puas dengan pelajaran tahap awal yang kuberikan.
“Bagaimana kalau Fanny hamil Kak”, katanya sambil sudut matanya mengeluarkan air mata.
Sesaat
kemudian aku dengan sabar menjelaskan bahwa Fanny tidak mungkin hamil,
karena tidak dalam masa siklus subur, berkat pengalamanku menganalisa
kekentalan lendir yang keluar dari vagina dan siklus menstruasinya.
Fanny
semakin merasa lega, aman, merasa disayang. Kejadian tadi bisa
berlangsung karena merupakan keinginan dan kerelaannya juga. Diapun bisa
tersenyum puas dan menitikkan air mata bahagia, kemudian tertidur pulas
dipelukanku yang telah menjadikannya seorang perempuan.
Bangun
tidur, Fanny membersihkan badan di kamar mandi. Selesai mandi dia
kembali ke kamar, dilepasnya handuk yang melilit tubuhnya, begitu indah
dan menggairahkan sampai-sampai aku tak berkedip memandangnya.
Diambilnya pakaian yang berserakan dan dikenakannya kembali satu
persatu. Kemudian dia pamit pulang dan mencium pipiku yang masih
berbaring di tempat tidur.
Category Article Cerita Hot